Kehamilan di Usia Lebih dari 35 Tahun Beresiko Tinggi Anak Down Syndrome?

Penyebab Down Syndrom
Down syndrome
merupakan kelainan genetik yang terjadi pada bayi yang menyebabkan terjadinya kelainan
pada kromosom. Kelainan genetik yang menyebabkan kelainan pada kromosom ini
tidak dipengaruhi faktor keturunan. Sampai saat ini belum diketahui secara
pasti penyebab kelainan genetik pada penderita down syndrome, namun yang sudah bisa diketahui pada saat pembelahan
kromosom ini gagal untuk memisahkan diri.
Ada beberapa tipe down syndrome yaitu trisomi 21
reguler, translokasi, dan mosaik. Trisomi 21 reguler, keadaan ini terjadi pada
penderita kelainan down syndrome
karena kromosom 21 memiliki tiga genom dimana untuk manusia normal hanya ada
dua. Translokasi, merupakan keadaan dimana salah satu orang tua memiliki
kromosom karrier dan berkombinasi dengan kromosom 21 lain. Mosaik, merupakan
keadaan down syndrome paling ringan
karena hanya beberapa sel tertentu yang mempunyai kelebihan kromosom 21.
Karena
kromosom merupakan pembawa genetik yang menentukan ciri ataupun karakteristik
seseorang, maka penderita kelainan down
syndrome memiliki wajah dan karakteristik lain yang hampir serupa. Berikut
ini gambar yang dapat mendeskripsikan perbedaan tubuh secara fisik dari
anak-anak normal dengan penderita kelainan down
syndrome.
Penderita
kelainan down syndrome selain
memiliki wajah dan karakteristik hampir serupa, juga memiliki keterlambatan
dalam pertumbuhan dan perkembangan sehingga menimbulkan kecacatan lain dalam
kesehariannya. Keadaan ini disebabkan oleh ketidakmampuan penderita dalam
mengkoordinasi motorik kasar dan halus pada anggota tubuhnya, seperti contohnya
aktivitas mengkancing baju dan menyisir rambut. Selain kelainan secara fisik
dan gerak, biasanya anak penderita down
syndrome juga mengalami kelainan pada beberapa bagian organ tubuh yang
berbeda pada masing-masing penderita. Pada sistem pencernaan, penderita down syndrome memiliki kelainan seperti
penyempitan usus kecil dan kesulitan buang air besar akibat aktivitas saraf
yang tidak normal pada rectum. Pada sistem peredaran darah, terdapat kelainan
seperti anak penderita down syndrome
biasanya mengidap lemah jantung (jantung lemah). Penderita down syndrome biasanya juga mengidap gangguan tiroid dan beberapa
gangguan lain dalam kesehatannya. Oleh karena berbagai macam gangguan pada
tubuhnya, tidak jarang anak penderita down
syndrome meninggal di usia yang masih sangat kecil.
Karakteristik Down Syndrom
Menurut
Moh. Amin (1995), karakteristik anak penderita down syndrome dapat digolongkan menjadi tiga jenis sesuai derajat
keparahannya seperti berikut ini. Karakteristik anak down syndrome dengan derajat ringan meliputi lancar berbicara
tetapi kurang pembendaharaan katanya, memiliki kesukaran berpikir abstrak
tetapi masih mampu mengikuti kegiatan akademik dalam batas-batas tertentu, dan
saat berumur 16 tahun baru memiliki kecerdasan anak berumur 12 tahun.
Selanjutnya karakteristik anak down
syndrome dengan derajat sedang meliputi hampir tidak bisa mempelajari
pelajaran-pelajaran akademik, umumnya dilatih dengan tujuan untuk merawat diri
dan aktivitas sehari-hari, dan pada usia dewasa mereka baru mencapai tingkat
kecerdasan anak berumur 7 tahun. Terakhir adalah karakteristik anak down syndrome dengan derajat berat dan
sangat berat meliputi tidak dapat memelihara diri, tidak dapat membedakan
bahaya atau tidak, kurang bercakap-cakap, dan tingkat kecerdasan maksimal sama
seperti anak berumur 3 atau 4 tahun. Secara umum tingkat kecerdasan yang bisa
diukur dari anak penderita down syndrome
adalah memiliki IQ sebesar 50-70 dan hanya beberapa yang 90 dikarenakan
pendidikan khusus yang dijalaninya.
Lalu
benarkah faktor usia ibu saat hamil sebelum melahirkan berpengaruh melahirkan
anak down syndrome? Menurut beberapa
penelitian yang telah dilakukan, resiko mendapatkan bayi down syndrome meningkat dengan bertambahnya usia ibu saat hamil. Oleh
karena itu, perlu diketahui oleh kita bahwa benar adanya usia ibu saat hamil
merupakan faktor yang menyebabkan anak menderita down syndrome. Selain itu menurut Stray dalam Gunahardi (2005),
seorang ayah yang berusia 50 tahun terbukti menunjukkan pengaruh terhadap
konsepsi (pembuahan) janin dengan down
syndrome. Jadi, bukan saja umur ibu saat
Berikut
ini ratio mendapat bayi down syndrome
diumur tertentu ibu saat kehamilan dengan.
·
Umur ibu saat hamil 20 –
1 per 1.500 kehamilan
·
Umur ibu saat hamil 25 –
1 per 1.300 kehamilan
·
Umur ibu saat hamil 30 –
1 per 900 kehamilan
·
Umur ibu saat hamil 35 –
1 per 350 kehamilan
·
Umur ibu saat hamil 40 –
1 per 100 kehamilan
·
Umur ibu saat hamil 45 –
1 per 30 kehamilan
Berdasarkan
angka-angka di atas, diharapkan ibu-ibu hamil pada usia di atas 35 tahun untuk
lebih waspada. Apa sebenarnya yang menyebabkan ibu hamil di usia yang semakin
tua semakin beresiko memiliki anak penderita down syndrome? Usia wanita yang semakin tua menyebabkan sel telur
yang dihasilkan sudah tidak lagi dalam kondisi terbaiknya, secara sederhana
dapat dikatakan bahwa kondisi sel telur kurang baik. Ketika sel telur yang
kurang baik ini mengalami pembuahan oleh sperma yang dihasilkan oleh laki-laki,
terbentuk benih yang mengalami pembelahan tidak sempurna. Selain itu, resiko down syndrome yang lebih tinggi pada ibu
hamil di usia tua diakibatkan juga oleh ketidakseimbangan hormonal yang
dihasilkan tubuh ibu. Kelainan endrokin pada tubuh ibu yang juga merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi janin lahir menjadi bayi down syndrome, terjadi karena usia ibu yang sudah tua dan terjadi infertilitas
relatif. Akan tetapi walaupun begitu tidak menutup resiko untuk ibu yang hamil
di usia muda juga dapat melahirkan bayi down
syndrome, karena terdapat juga faktor-faktor penyebab lain yang mungkin.
Untuk itu tidak ada salahnya bagi setiap ibu untuk langsung memeriksakan bayi
didown syndrome pada janinnya.
Segala
pemeriksaan yang mungkin dijalani oleh ibu hamil untuk mendeteksi bayi down syndrome dibagi menjadi dua jenis.
Jenis yang pertama disebut dengan skrining. Skrining merupakan pemeriksaan yang
didapat dari pemeriksaan darah dan/atau sonogram. Pemeriksaan dengan sonogram
dapat dilakukan pada usia kehamilan 11-14 minggu dengan melakukan pemeriksaan
jumlah cairan di bawah kulit belakang lahir janin. Menurut data dari American
College Nurse-Midwifes di tahun 2005, 7 dari 10 janin dengan down syndrome dapat diketahui melalui
pemeriksaan ini. Jenis pemeriksaan kedua dikenal dengan istilah diagnostik. Menurut
Mayo Foundation for Medical Education Research (2011), terdapat beberapa
pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan namun dengan resiko keguguran saat
melakukan pemeriksaan. Amniocentesis
merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada sampel air ketuban untuk dianalisa
kromosom janinnya. Dapat dilakukan pada usia kehamilan di atas 15 minggu dengan
resiko keguguran 1 banding 200 kehamilan. Pemeriksaan lain adalah CVS (Chorionic Villus Sampling) yang
merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan menguji sampel sel dari plasenta
janin. Dapat dilakukan di usia kehamilan 9-14 minggu dengan resiko keguguran 1
banding 100 kehamilan. Jenis pemeriksaan lain lagi dinamakan PUBS (Percutaneous Umbilical Blood Sampling)
dengan resiko keguguran lebih tinggi dari Amniocentesis
dan CVS. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil darah dari umbilikus untuk
diperiksa janinnya. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada usia kehamilan di atas
18 minggu.
Selain
saat masih dalam kandungan, kemungkinan menderita down syndrome dapat diperiksa ketika telah lahir. Akan tetapi dalam
kondisi masih bayi sulit bagi dokter untuk menentukan bayi tersebut menderita down syndrome atau tidak. Walaupun
begitu ada beberapa tanda yang dapat menunjukkan bayi menderita down syndrome yaitu, gambaran wajah yang
khas, tubuh yang lentur, dan otot-otot yang sangat lemas. Selain dengan
tanda-tanda tersebut bayi juga dapat diperiksa dengan melakukan pemeriksaan
kromosom melalui sel darah putih. Saat sudah didapatkan hasil bahwa anak
menderita down syndrome, langkah
terbaik yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah memberikan pendidikan khusus
dan terapi untuk memaksimalkan kemampuan anak paling tidak dalam mengurus
dirinya sendiri. Sudah terdapat berbagai jenis sekolah untuk anak-anak
berkebutuhan khusus dan rumah sakit yang menyediakan jasa terapi bagi anak down syndrome. Beberapa contoh terapi
yang sudah ada adalah terapi fisik, wicara, musik, akupuntur, dan lain
sebagainya.
Melihat
trend saat ini di mana wanita mulai giat mengejar karir dan impian menyebabkan
banyak wanita menikah di usia yang sudah dapat dikatakan terlambat. Terdapat di
antara masyarakat kita wanita yang bahkan baru menikah di usia 35 tahun. Dalam
keadaan ini tentu kita dapat memperhitungkan bahwa ketika wanita tersebut hamil
maka ia memiliki resiko mendapat anak down
syndrome sebesar 1 dari 350 kehamilan. Tentu bukan resiko yang dapat
dikatakan rendah dan tidak dapat dipungkiri jika trend ini terus berlanjut maka
jumlah anak penderita down syndrome
akan terus meningkat. Kita tidak dapat mengatur kehendak Yang Maha Kuasa dalam
menitipkan anak pada kita, akan tetapi kita dapat meminimalisir kemungkinan
dengan menikah pada waktu yang tepat. Walau tidak selalu hamil pada usia muda
pasti terbebas dari resiko mendapat anak down
syndrome, akan tetapi telah tercatat sebelumnya resikonya jauh lebih kecil
dibandingkan ketika hamil di usia yang sudah cukup tua.
Jadi
sudahlah terjawab pertanyaan kita mengenai hubungan resiko mendapatkan anak
penderita down syndrome dengan usia
ibu saat hamil. Selain itu kita juga telah mengetahui bahwa usia ayah yang
cukup tua juga dapat memungkinkan terjadinya pembuahan down syndrome. Oleh karena itu ada baiknya kita dapat menggunakan
pengetahuan ini untuk mempersiapkan diri kita menjadi orang tua yang baik.
Karena setiap tindakan kita saat ini dapat menentukan keberadaan anak-anak
penerus kita nanti. Saat keputusan yang kita ambil karena keegoisan diri
berakhir dengan mendapat anak penderita down
syndrome, bukan hanya orang tua yang akan mengalami kesedihan tetapi anak
tersebut akan mengalami kesulitan seumur hidupnya.
Demikian ulasan artikel dari saya..semoga bermanfaat.
Transfer Factor adalah Nutrisi Sel yang bekerja secara cerdas menurunkan,menenangkan,mencerdaskan sel naif yang hyperaktif..Taukah Anda bahwa Down syndrom adalah jenis penyakit autoimun?
Info lanjut tentang Autoimun dan bagaimana cara kerja Transfer Factor silahkan hubungi saya
ani purwati