Myasthenia Gravis, Salah Satu Karakteristik Penyakit Autoimun
Myasthenia
Gravis memang masih sedikit terdengar asing bagi masyarakat diluar dunia
kesehatan. Dibandingkan penyakit-penyakit akibat kelainan sistem imun lainnya,
penyakit ini merupakan penyakit yang paling jarang diperbincangkan. Penyakit
myasthenia gravis tergolong penyakit auto imun neuromuskular. Penyakit ini
menyerang reseptor asetilkolin pada neuromuscular
junction yang melemahkan otot skeletal pada penderita. Nama penyakit ini
sendiri, myasthenia gravis berasal dari bahasa Latin dan Yunani yang memiliki
arti kelemahan otot yang buruk. Oleh karena itu, myasthenia gravis juga dikenal
sebagai kelainan yang menyebabkan kelemahan pada otot yang dipergunakan secara
terus menerus sehingga mengalami kelelahan berat saat beraktivitas. Otot akan
kembali pulih jika penderita beristirahat.
Penyakit
myasthenia gravis memang terdengar asing karena penyakit ini memang tergolong
jarang ditemui. Kasus myasthenia gravis ditemukan hanya pada 20 orang dari
100.000 orang. Lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki.
Pada perempuan, penyakit myasthenia gravis menyerang di usia yang cukup muda
umumnya. Di usia sekitar 10-30 tahun mungkin ditemukan penderita myasthenia
gravis perempuan. Sedangkan pada pria umumnya ditemukan pada usia lebih dari 40
tahun. Penyakit ini mungkin juga menyerang anak-anak.
Khusus untuk myasthenia
gravis pada anak terdapat tiga klasifikasi khusus, sebagai berikut:
·
Myasthenia gravis
kongentinal; klasifikasi jenis ini biasanya diderita oleh anak-anak di usia 2
tahun. Jenis ini cukup jarang ditemui karena menyerang anak di usia yang sangat
kecil.
·
Myasthenia gravis
juvenile; klasifikasi jenis ini biasanya diderita oleh anak-anak di usia 5
tahun. Memiliki karakteristik autoimun seperti myasthenia gravis pada umumnya.
·
Myasthenia gravis
neonatal; klasifikasi jenis ini biasanya paling cepat diderita beberapa jam
setelah kelahiran dan paling lama dalam 3 hari setelah kelahiran. Anak-anak
yang menderita myasthenia gravis jenis ini merupakan akibat dari penularan ibu
yang juga menderita myasthenia gravis. Sifatnya hanya sementara.
Ada Berapa Klasifikasi Myashtenia Grafis?
Selain
klasifikasi berdasarkan usia pada anak-anak, penyakit myasthenia gravis juga
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sesuai tingkat keparahannya. Terdapat
lima klasifikasi myasthenia gravis, sebagai berikut:
·
Myasthenia ocular; jenis
myasthenia gravis ini hanya menyerang otot-otot ocular pada tubuh manusia. Tergolong
sangat ringan dan tidak ada kasus kematian yang disebabkan oleh jenis ini.
·
Myasthenia umum ringan; jenis
myasthenia gravis ini menyerang dengan lambat. Otot-otot yang diserang biasanya
adalah otot pada mata. Lama kelamaan mungkin juga menyerang otot rangka. Pengobatan
dengan terapi obat memberikan hasil yang baik. Tidak menyerang sistem pernafasan
dan menyebabkan kematian dengan angka kematian yang cukup rendah.
·
Myasthenia umum sedang;
jenis myasthenia gravis ini menyerang secara bertahap. Diawali dengan
gejala-gejala ocular, berlanjut menyerang otot rangka, dan kemudian menyebar
hingga sukar mengunyah. Tidak juga menyerang otot-otot sistem pernafasan. Walau
angka kematiannya juga rendah, namun pengobatan dengan terapi obat kurang
memberikan hasil yang memuaskan.
·
Myasthenia berat akut;
jenis myasthenia gravis ini menyerang dengan cepat. Melalui otot-otot rangka
menyebar hingga ke otot-otot pernafasan. Perkembangan penyakit berlangsung
selama maksimal 6 bulan. Pengobatan dengan terapi obat memberikan hasil yang
buruk. Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit myasthenia gravis jenis ini
juga tinggi.
·
Myasthenia berat lanjut;
jenis myasthenia gravis ini menyerang mulai dari gejala-gejala di jenis pertama
hingga akhir dalam waktu dua tahun. Dapat berkembang secara bertahap atau
segera dengan tiba-tiba. Pengobatan dengan terapi obat memberikan hasil yang
buruk.
Berikut
ini penjelasan mengenai bagaimana penyakit myasthenia gravis dapat menyerang
tubuh manusia. Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh kelainan
sistem imun dengan jenis autoimun. Sehingga mekanisme imunogenik inilah yang
memegang peran yang sangat penting dalam melemahnya otot pada penderita
myasthenia gravis.
Menurut
penelitan di tahun 1960, telah dilakukan sebuah demonstrasi bagaimana autoimun
pada penderita myasthenia gravis menyerang konstituen pada otot. Hal inilah
yang menjadi penyebab utama kelemahan otot pasien myasthenia gravis. Secara
sederhana dapat dikatakan, autoimun pada myasthenia gravis merupakan keadaan
dimana antibodi yang merupakan produk dari suatu sel A justru melawan reseptor
asetilkolin sel tersebut.
Apa Gejala Myasthenia Grafis?
Penyakit
myasthenia gravis ini juga memiliki gejala-gejala yang muncul pada
penderitanya. Gejala-gejala tersebut dikenal sebagai gejala klinis penyakit
ini. Gejala umumnya adalah kelemahan otot-otot. Penderita akan merasakan ototnya semakin melemah sepanjang siang hari
dan akan kembali pulih setelah penderita beristirahat. Kelemahan otot yang
paling sering muncul adalah pada otot mata dimana mata sukar membuka sepenuhnya
atau menutup sepenuhnya. Pada tingkat lebih lanjut juga mungkin ditemukan
penderita yang kesulitan menutup mulut. Tak jarang penderita juga mengalami
kesulitan dalam menelan serta berbicara. Jika penyakit ini telah menyerang
sistem pernafasan, otot faring dan laring akan mengalami kelemahan otot
sehingga penderita dapat menimbulkan suara sengau diluar kesadaran. Terdapat
juga kasus dimana ketika penderita minum air, air itu keluar kembali melalui
hidungnya karena lemahnya otot-oto untuk menelan air itu.
Diagnose
penyakit myasthenia gravis dapat dilakukan dengan melakukan serangkaian tes.
Tes yang pertama adalah tes edrophonium. Akan tetapi tes ini memiliki efek
samping seperti keluarnya air mata dalam jumlah berlebihan, keringat yang
berlebihan, keluarnya air liur dalam jumlah yang berlebihan, perut terasa kram,
perasaan mual, hipotensi, dan pupil yang mengecil kurang dari 2 mm. Untuk
meminimalisir efek samping dari tes ini dapat diberikan atropine kepada
penderita. Tes yang kedua adalah tes neostigmin. Tes ini dilakukan pada
penderita asma, dikarenakan tes edrophonium bersifat kontra indikasi pada
penderita asma. Tes yang ketiga adalah tes elektromiografi (EMG). Bertujuan
untuk menilai hubungan sementara antara aksi dua serat yang berada dalam satu otot
selama kontraksi. Selanjutnya akan dinilai kelemahannya jika didapatkan
penurunan amplitude sebesar 10% setelah diberikan stimulasi. Selanjutnya
pemeriksaan antibodi reseptor asetilkolin. Melalui pemeriksaan ini akan
diketahui pada pasien yang tidak diobati, maka tingkat antibodi yang ditemukan
menggambarkan betapa beratnya level penyakit. Pemeriksaan yang terakhir adalah
pemeriksaan evaluasi kelenjar timus. Pemeriksaan ini dilakukan pada kelenjar
timus. Tujuh puluh lima persen penderita myasthenia gravis memiliki kelainan
pada kelenjar timus yang umumnya terjadi hyperplasia kelenjar timus dan 15%
memiliki timoma. Dengan melakukan CT Scan pada kelenjar timus akan dapat
ditemukan kelainan tersebut untuk menentukan diagnosa.
Setelah
penderita positif diagnosa menderita penyakit myasthenia gravis, maka perlu
dilakukan upaya penanggulangan yang tepat. Nyatanya, myasthenia gravis
merupakan penyakit yang paling mungkin diobati. Artinya peluang penderita untuk
dapat mendekati sembuh sangatlah tinggi. Upaya penanggulangan dapat dilakukan
dengan memberikan terapi obat ataupun terapi imunomodulasi. Terapi obat biasa
dilakukan pada penderita myasthenia gravis tingkatan ringan, sedangkan untuk
penderita di tingkatan rendah perlu dilakukan terapi imunomodulasi secara
rutin. Terapi obat yang dilakukan biasanya adalah dengan pemberian antibiotik
yang dikombinasikan dengan imunosupresif. Terapi jenis ini mampu menanggulangi
penderita pada tingkatan rendah dengan baik. Terapi obat ini merupakan terapi
yang dapat membantu penderita untuk dapat memulihkan kekuatan otot-ototnya
secara tepat dan cepat. Terapi ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya
kambuh.
Terdapat
banyak macam terapi obat dan terapi imunomodulasi yang dapat dilakukan pada
penderita myasthenia gravis. Macam-macam terapi tersebut akan dibahas satu per
satu, sebagai berikut:
·
Plasma Exchange (PE);
merupakan terapi yang paling efektif dan cocok digunakan pada situasi dengan
terapi jangka pendek. Terapi ini merupakan terapi dengan melakukan pemindahan
anti-asetilkolin secara efektif. Terapi ini umumnya digunakan pada pasien yang
sudah memasuki fase kritis. PE merupakan terapi yang melakukan penggantian
terhadap plasma secara berkala sebanyak 5 sampai 6 kali sehari. Efek samping
dari terapi ini adalah akibat dari pergeseran cairan selama pertukaran,
sehingga terjadi retensi kalsium, magnesium, dan natrium dalam tubuh manusia.
Selain itu, oleh karena terapi PE yang dilakukan secara berulang dapat terjadi
juga trombositopenia yang menyebabkan pembekuan darah.
·
Intravena Immunoglobulin
(IVIG); terapi ini mampu memodulasi respon imun. Terapi ini biasanya juga
dilakukan pada penderita yang mengikuti terapi PE karena manfaat yang diberikan
berbeda. Efek samping terapi ini adalah terjadinya demam, menggigil, mual dan
muntah, sakit kepala, dan malaise pada penderita pada 24 jam pertama setelah
terapi. Tak jarang juga penderita megalami nyeri kepala yang hebat serta rasa
mual setelah pemasangan infuse dilakukan.
·
Intravena Metilprednisolone
(IVMp); terapi ini dilakukan secara berulang jika pasien tidak menunjukkan
respon di terapi pertama maupun kedua. Terapi ini biasa digunakan melalui
pertimbangan terapi lain gagal dilakukan pada pasien.
·
Kortikosteroid; terapi
ini paling lama digunakan dan paling murah sebagai salah satu upaya pengobatan
penyakit myasthenia gravis. Terapi ini memberikan efek kepada sistem imun untuk
mengaktivasi sel T helper dan menguntungkan tubuh dalam menghabiskan para antibodi
yang melawan tubuh. Efek samping yang diberikan oleh terapi jenis ini adalah
osteoporosis, diabetes, dan hipertensi.
·
Azathioprine; pemberian
terapi obat ini dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh si penderita. Efek
sampinnya pun tidak sebanyak pemberian obat lain. Hasil maksimal terapi obat
didapatkan setelah 12 sampai 36 bulan.
·
Cyclosporine; terapi obat
jenis ini memberikan respon yang lebih cepat dibandingkan terapi Azathioprine.
Terapi ini memberikan efek pada produksi antibodi pada tubuh. Sama seperti
terapi lainnya, terapi ini juga menimbulkan efek samping berupa nefrotoksisitas
dan hipertensi.
·
Cyclophosphamide; terapi
ini diketahui memiliki efek langsung terhadap produksi antibodi dibandingkan
dengan obat lainnya. Diketahui juga dapat secara langsung menekan sintesis
imunoglobin.
·
Timektomi (Surgical
Care); merupakan upaya pengobatan yang sudah dilakukan sejak tahun 1940.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kondisi hyperplasia pada timus
diketahui sebagai penyebab penyakit myasthenia gravis. Oleh karena itu
timektomi dipercaya sebagai upaya pengobatan yang paling penting dalam penyakit
ini. Diketahui juga kebanyakan penderita yang melakukan timektomi mengalami
perbaikan kondisi dalam waktu satu tahun. Terdapat pasien yang mengalami
perbaikan dalam kekuatan otot dan ada juga pasien yang mengalami kesembuhan
secara total. Tidak lagi mengalami kelemahan otot dan tidak diperlukan lagi
juga pengobatan dengan terapi obat.
Berdasarkan
pemaparan di atas mengenai penyakit myasthenia gravis, gejala, penyebab,
pencegahan dan penanggulangannya, kita mengetahui bahwa banyak sekali
masyarakat Indonesia yang belum peka terhadap penyakit ini. Oleh karena itu,
dibutuhkan pemerataan pengetahuan mengenai bahaya penyakit-penyakit yang
menyerang Indonesia. Dengan demikian setiap usaha kita dalam membantu
mewujudkan Indonesia yang sehat dapat dimulai dengan memastikan generasi muda
kita memiliki sistem imun yang kuat dan terbebas dari resiko.
Taukah anda bahwa kian hari kian beragam penyakit autoimun?Penyakit penyakit yang tadinya terasa asing ditelinga kita ternyata kian banyak terjadi dilingkungan kita,bisa jadi ternyata orang yang kita kenal atau kita sayangi juga ternyata terkena salahsatu penyakit autoimun.Cerdaskan imun kita dengan senantiasa mengkonsumsi suplemen yang bekerja mampu menurunkan,menenangkan,menstabilkan imun kita.Memperkenalkan produk unggulan dengan kualitas terjamin,jagonya untuk kasus autoimun.Transfer Factor adalah molekul cerdas untuk didik imun anda.
More info hubungi
Ani purwati
HP/WA; 081911562390